China Pangkas Suku Bunga untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Lesu

oleh

Bank komersial China, pada Selasa (20/6), menurunkan suku bunga saat Beijing berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat di mana negara itu berupaya pulih dari dampak lokcdown di era pandemi dan kemacetan rantai pasokan.

Langkah itu terjadi hanya beberapa hari setelah bank sentral China mengumumkan akan memangkas suku bunga yang dikenakannya pada beberapa fasilitas berbeda yang digunakan China untuk memasok uang tunai ke bank-bank komersial.

Perubahan suku bunga utama bank-bank komersial, yang ditawarkan kepada peminjam dengan catatan kredit terbaik, relatif kecil. Tingkat pinjaman satu tahun turun menjadi 3,55 persen dari 3,65 persen, sedangkan tingkat pinjaman lima tahun turun menjadi 4,2 persen dari 4,3 persen.

Perubahan tersebut, yang merupakan penyesuaian suku bunga paling signifikan dalam hampir satu tahun, ternyata lebih kecil dari perkiraan beberapa analis. China menghadapi kelesuan yang terus berlanjut di sektor real estat, tingkat utang yang tinggi, dan pertumbuhan yang tetap lamban.

David Qu, seorang ekonom yang meliput soal China untuk Bloomberg Economics, dalam sebuah kesempatan di televisi Bloomberg mengatakan penurunan suku bunga yang kecil merupakan upaya untuk mempertahankan apa yang disebutnya sebagai sebuah “keseimbangan antara menstabilkan pasar perumahan dan menghindari stimulasi gelembung lain di pasar perumahan.”

Dalam sebuah analisis yang dirilis pada minggu lalu setelah Peoples Bank of China mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi, Logan Wright dan Allen Feng dari Grup Rhodium menulis, “Penurunan suku bunga hipotek tidak akan berdampak banyak pada penjualan properti, tetapi bisa membantu mengurangi beban pembayaran KPR untuk rumah tangga China. Hal ini lebih kepada upaya mendongkrak konsumsi rumah tangga, sehingga rumah tangga bisa terbebas dan beralih dari pembayaran hutang untuk tujuan lain.”

Kekhawatiran akan perekonomian China telah menanjak dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi tersebut merupakan fakta yang mulai diakui oleh para pemimpin senior di Beijing.

Pada Jumat (16/6), televisi pemerintah China melaporkan bahwa perdana menteri Li Qiang mengatakan dalam rapat para pemimpin Partai Komunis bahwa pemerintah tengah mencari cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Lingkungan di luar telah menjadi semakin rumit dan susah, dan perlambatan pada perdagangan global dan investasi akan langsung berdampak pada proses pemulihan ekonomi negara kita,” ujar Li. [my/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com