Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan

oleh

Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya pada hari Kamis (16/2), setelah sempat enam kali menaikannya, dan menegaskan bahwa tingkat suku bunga saat ini cukup untuk memandu inflasi kembali ke target. Bank sentral itu juga merevisi prospek pertumbuhan ekonominya.

Seperti yang diperkirakan oleh mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters, BI membiarkan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tetap pada 5,75 persen.

Sebagaimana pernyataan kebijakannya pada Januari lalu, BI menegaskan bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini memadai untuk mencapai target stabilitas harga.

Sikap BI tersebut menyoroti kesenjangan kebijakan yang berkembang antara negara-negara di mana inflasi perlahan-lahan mereda dan negara-negara di mana harga tetap tinggi. Bank-bank sentral di banyak ekonomi utama dan beberapa negara tetangga Asia, seperti Filipina, masih melanjutkan langkah pengetatan mereka.

Di Filipina, di mana inflasi mencapai 8,75 persen atau tertinggi dalam 14 tahun, bank sentralnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen menjadi 6,0 persen pada hari Kamis dan menandai kesiapannya untuk berbuat lebih banyak.

Sebagai perbandingan, inflasi Indonesia mencapai tingkat terparah (5,95 persen) pada bulan September setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun kemudian, mendingin menjadi 5,28 persen pada bulan Januari.

“Inflasi inti mereda lebih cepat dari yang kami perkirakan… Jadi kami beranggapan, kami yakin suku bunga acuan sudah cukup memadai,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

“Memadai artinya tidak perlu ada kenaikan lagi. Itu sikap kebijakan moneter kita,” kata Warjiyo.

Warjiyo mengatakan situasi menjanjikan ini terwujud lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan BI.

BI berupaya mengembalikan inflasi ke dalam kisaran target dua persen hingga empat persen pada paruh kedua tahun ini dan inflasi inti untuk tetap berada dalam kisaran yang sama sepanjang tahun ini.

Sejumlah ekonom meragukan target itu akan terwujud. Perbedaan suku bunga acuan dengan Bank Sentral AS, dan kemungkinan gejolak harga domestik, adalah dua dari sejumlah faktor yang bukan tidak mungkin akan ikut mendorong kenaikan suku bunga acuan.

Bank Indonesia juga merevisi prospek pertumbuhan ekonominya. BI menempatkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini ke ujung atas kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen, atau sekitar 5,1 persen, bukan di titik tengah, setelah data bulan ini menunjukkan ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu berkembang dengan laju tercepat dalam sembilan tahun, yakni sebesar 5,3 persen pada tahun 2022.

Warjiyo mengaitkan revisi tersebut dengan China, mitra dagang terbesar Indonesia yang menghapus kebijakan nol-COVID, yang dapat mendorong ekspor, dan meningkatkan konsumsi swasta. a

Sumber: www.voaindonesia.com